Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Di Tapanuli Selatan – Jika kita bicara tentang kerajaan-kerajaan zaman dahulu, maka akn terlintas kerajaan-kerjaan besar di tlatah Nusantara ini.
Seperti kerajaan Kediri, Majapahit, Sriwijaya, Samudra Pasai, d.l.l. Kerajaan-kerajaan ini menjadi bukti betapa besarnya Nusantara ini dulunya.
Besar dan jayanya kerajaan-kerajaan ini menjadi cerita hampa diantara masyarakat masa sekarang ini, semua menjadi tinggal sebatas cerita.
Di daerah tapanuli sendiri baik tapanuli selatan maupun tapanuli utara juga memiliki kerajaan-kerajaan sendiri dengan daerah kekuasaan masing-masing. Pun demikian wilayah mereka tidak bisa dibilang luas.
Candi Bahal atau Biaro Bahal, atau Candi Portibi begitulah orang-orang biasa menyebutnya. Candi ini merupakan peninggalan Budha aliran Vajrayana yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas, Sumaetra Utara.
Candi ini sendiri diperkirakan telah ada ribuan tahun yang diperkirakan dibangun pada abad ke-11. Pakar mengatakan keberadaan candi terkait erat dengan Kerajaan Pannai yang merupakan eksistensi kejayaan dari Kerajaan Sriwijaya.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa candi ini dibangun oleh Raja Hindu Shiva dari Tamil yang memerintah dari India Selatan.
Kompleks Candi Bahal terdiri dari tiga candi yang berjarak sekitar 500 meter. Beberapa kilometer dari Candi Bahal juga ditemukan Kompleks Candi Pulo. Kompleks Candi Bahal terletak di tepi sungai Batang Pane.
Beberapa teori menunjukkan bahwa Sungai Batang Pane pernah menjadi jalur transportasi yang ramai dengan aktivitas ekonomi. Namun saat ini sungai telah tertimbun lumpur dan nyaris tidak bisa lagi menampung kapal perdagangan.
Candi Bahal ini memiliki tiga bangunan yang masing-masing memiliki nama yaitu, Candi Bahal I, Candi Bahal II dan Candi Bahal III. Dibangun dengan menggunakan bata merah, sementara patung-patung diukir dari batu pasir.
Diantara reruntuhan Candi Bahal II, ditemukan Patung Heruka yang dianggap menjadi satu-satunya jenis yang pernah ditemukan di Indonesia. Patung tersebut menggambarkan seekor raksasa yang menari di atas mayat dan dihiasi deretan tengkorak.
Seorang Arkelog Jerman yang bernama FM Schinitger telah melakukan penelitian di Kompleks Candi pada tahun 1935. Dalam Tablet Tanjore yang menggunakan Bahasa Tamil, konon Candi ini dibangun oleh Raja Coladewa dari India Selatan pada tahun 1030 masehi.
Candi ini merupakan salah satu peninggalan sejarah yang bernilai tinggi. Banyak cerita dibalik terbangunnya candi ini yang bisa diceritakan dalam sejarah.
Sayangnya, Candi ini sepi pengunjung bahkan terkesan diabaikan oleh wisatawan. Ini karena kurangnya perhatian Pemerintah dalam hal fasilitas dan perawatan. Sehingga candi ini terlihat biasa saja.
Harusnya candi ini bisa menjadi tujuan wisatawan baik lokal maupun mancanegara, andai saja dikelola baik oleh Pemerintah.