Timses Dan Simpatisan Yang Merusak Elektabilitas Jagoannya – Tahun ini adalah pesta rakyat untuk pemilihan Kepala Daerah di 270 daerah, yang mana rinciannya adalah 9 provinsi, 224 kabupaten dan 37 kota. Dimana seharusnya diikuti oleh 269 daerah, namun karena Kota Makassar diulang pelaksanaannya menjadi 270.
Pada Pilkada tahun ini, Mandailing Natal menjadi salah satu Kabupaten yang ikut dalam pesta rakyat periode ini. Untuk pemilihan Bupati 5 tahun kedepan.
Gembar-gembor pilkada ini sudah dimulai sejak 2019 lalu, dimana calon-calon penantang petahana mulai membangun elektabilitasnya.
Visi Misi yang bagus dari setiap calonnya menggambarkan kehidupan yang cerah di masa yang akan datang.
Safari politik dari calon penantang mulai melintas di jagat media online dan sosial media lainnya. Tidak pula ketinggalan petahana yang selalu eksis dalam berita-berita daerah.
Lalu kenapa saya begitu berani membuat judul artikel saya ? Timses Dan Simpatisan Yang Merusak Elektabilitas Jagoannya.
Padahal kita bahkan saya sendiri mnyadari bahwa timses lah yang berperan membawa tahta tertinggi itu kepada calon-calon pemimpinnya.
Seperti kata orang-orang dahulu, tidak akan timbul asap kalau tidak ada api yang membakarnya. Benar, semua ada sebabnya
Jika sobat merasa dari timses atau simpatisan golongan bersih boleh di skip artikel ini, Tapi jika sobat merasa perlu mengetahui silahkan dibaca.
Sebelum kita jauh lebih dalam. Saya ingatkan, ini pandangan saya selama beberapa waktu terakhir ini. Jadi boleh setuju, boleh tidak.
Kembali ke kata-kata tadi, bahwa tidak akan ada asap kalau tidak ada api yang membakarnya. Semua terjadi ada sebabnya.
Saya sendiri adalah pendukung salah satu calon bupati yang akan maju, tapi saya tidak sebut siapa karena menurut yang saya itu adalah rahasia. Seperti diskusi saya bersama seorang sahabat saya yang alhamdulillah sudah bergelar sarjana hukum.
Bahwa pemilihan di Indonesia menganut asas LUBER “Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia”. Lanjut
Saya tidak akan menitikberatkan kesalah satu calon karena semua memiliki oknum timses yang tidak sesuai. Saya sebut saja oknum.
Masih Melakukan Kampanye Paku Pohon.
Ini saya rasa bukan perintah langsung dari calonnya, tapi saya tidak tahu pasti apakah itu dari anggota timses atau lainnya.
Bagi orang yang paham, ini merupakan kesalahan yang fatal. Karena lingkungan sendiri saja tidak dijaga, tapi bercita-cita jadi pemimpin.
Kenapa saya bilang tidak dijaga ? setelah spanduk itu dipaku di pohon, yang rusak sebelum dilakukan pencopotan alat peraga kampanye. Sampahnya akan kemana ?
Sepanjang yang saya lihat, jika rusak ya rusak lah. Tidak ada lagi timses yang membersihkan sampahnya. Ditambah lagi itu berada di pinggiran sungai irigasi.
Senior saya pernah menulis di akun media sosialnya kurang lebih seperti ini “Jangan memilih calon yang memaku spanduk dipohon. Karena dia sendiri tidak menjaga lingkungannya” dan sekarang beliau salah satu simpatisan calon bupati Madina
Namun saya tidak bicara hal yang sama karena saya percaya waktu itu mungkin dia belum bisa me netralkan emosinya.
Masih Melakukan Kampanye Menggunakan Jabatan
Ayolah bung, dia masih menjabat. Dan semua tindakan dia dalam masa jabatan tidak bisa dibawa dalam kampanye. Karena itu adalah kewajiban dia sebagai pemimpin. Untuk memenuhi janjinya saat kampanye 5 tahun silam
Berkompetisi lah yang sehat, sampaikan Visi Misi nya dengan lugas tanpa membawa yang sedang ia kerjakan selama mejabat.
Itu pesan yang ingin saya sampaikan, tapi saya masih juniornya masih sangat jauh dibawah, akhirnya saya utarakan disini saja.
Kampanye adalah kampanye, jika masih membawa apa yang ia kerjakan waktu menjabat itu tidak wajar.
Karena penantang tidak mungkin bisa melawan fakta yang dibawa. Yang pada akhirnya kita selalu berada pada lingkaran setan tersebut.
Tunjukkan angin segar apa yang akan dibawa oleh sang calon untuk bisa membawa rakyatnya kedepan tanpa ada bumbu kampanye kewajiban dia selama menjabat.
Saya sendiri sudah cukup dengan kampanye seperti ini, karena dia sudah dikasih 5 tahun masa menunaikan janjinya.
Tapi disaat kampanye periode baru masih membawa cerita lama ? Itu menjadikannya menjadi buruk dipandangan orang-orang karena sudah dianggap tidak sanggup menyelesaikan janjinya.
Lalu untuk apa dipilih pada periode selanjutnya. ? kalau hanya mengulang janji 5 tahun yang lalu.
Kampanye Politiknya Kepada Anak-Anak
Tidak salah jika anak-anak dikasih pandangan politik. Tapi ingat, mereka diberi pandangan politik bukan pandangan pada salah satu calon dalam panggung politik.
Mereka butuh pendidikan karakter, bukan mengkotak-kotakkan karakternya kepada seseorang. Besarnya dia akan menerapkan sistem benar salah.
Benar berarti bagus, salah berati jelek. Padahal tidak semua yang salah adalah jelek dan tidak semua yang benar adalah bagus.
Kita berikan mereka pandangan politik untuk membuka wawasannya dimasa yang akan datang bahwa politik itu adalah sesuatu yang penting untuk kemajuan bangsa.
Alasan apapun tudak akan bisa diterima oleh akal sehat jika anak-anak digiring kepada salah satu calon politik.
Jika ini terus-terus dilakukan yang ada hanya memperburuk citra sang calon yang akhirnya masyarakat tidak percaya kepada Visi dan Misi nya.
Jika memang ingin memberikan pandangan politik, lakukan disaat-saat suasana sobat tidak berpihak pada siapapun. Agar mereka bebas menentukan siapa yang menurut mereka baik.
Dan bisa memahami dan menjabarkan Visi Misi dari setiap calon. Karena jika hanya salah satu calon. Tidak bisa kita pungkiri, akan timbul rasa benci di dalam hatinya kepada calon yang dia sendiri tidak tahu tentang calon yang dibencinya.
Black Campaign Yang Masih Merajalela
Jangan membuat pusing masyarakat dengan ucapan-ucapan sarkas kalian terhadap calon lain. Tapi Sebaliknya naikkanlah namanya dimata masyarakat dengan hal-hal yang baik.
Menuduh dan Memfitnah adalah dosa seumur hidup sebelum maaf dan memaafkan antar dua pihak.
Saya tahu agama adalah hal terpenting dalam kehidupan. Tapi jika terus-terusan menggunakan ramuan agama. Yang ada pandangan orang kepada satu agama itu menjadi jelek.
Dan jeleknya Agama dimata orang lain itu karena ulah kita sendiri. Jangan sampai.
Tapi sayangnya kampanye seperti ini masih menjadi topik segar diantara masyarakat, dan belum ada timses yang melakukan edukasi tentang politik yang sebenarnya kepada masyarakat.
Sekian, jika sobat merasa ada yang janggal atau kata saya yang salah, mari kita berdiskusi di kolom komentar.
Kita bahas secara saudara sebagai perwujudan bahwa kita adalah Negeri Beradat Taat Beribadat.
Oh ya, Saya Tidak Bergabung Dengan Timses dan Simpatisan manapun, tapi saya memiliki jagoan yang saya rahasiakan.
Selamat berkompetisi kepada tiga calon Bupati Madina, yang membawa Visi Misi nya masing-masing.
Semoga siapapun yang akan terpilih nantinya menjadi pemimpin yang amanah dan bisa membawa perubahan yang besar demi kemajuan Mandailing Natal ini sendiri.
Dan semoga para hama-hama di pemerintahan segera dimusnahkan. Insha Allah
baca artikel lainnya di www.madinacare.id